
www.smartlink.biz.id - Pembinaan karakter yang dilakukan terhadap siswa-siswi nakal di Jawa Barat (Jabar) dengan memasukkan ke barak militer dipilih oleh Gubernur Jabar Dedi Mulyadi. Cara tersebut dinilai efektif membina karakter anak nakal menjadi lebih bertanggung jawab.
Meskipun menghadapi pro dan kontra, program itu tetap diteruskan oleh Dedi Mulyadi. Sebagian hasilnya disebut dapat meningkatkan perilaku anak-anak bandel hingga mereka menjadi lebih bijaksana.
Terkait dengan respons yang menyatakan metode Dedi Mulyadi mungkin menyalahi hak-hak anak, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi —yang biasa dipanggil Kak Seto— memiliki pendapat tersendiri.
Pada saat mengunjungi bersama Dedi Mulyadi, Kak Seto menyatakan dengan tegas bahwa program pendidikan untuk para siswa di barak militer tersebut tidak melanggar hak-hak mereka. Walaupun proses belajar mengajarnya dilakukan dalam lingkungan setengah militerisasi, metode yang digunakan masih mematuhi prinsip-prinsip perlindungan bagi anak-anak.
"Kadang-kadang terdapat persepsi yang salah bahwa walaupun mengandalkan disiplin gaya militer, cara pendekatan tersebut tetap menggunakan Bahasa yang sesuai untuk anak-anak serta melindungi hak-hak mereka," kata Kak Seto, sebagaimana dikutip dari Instagram @humas_jabar.
Proyek ini dikenal dengan istilah Panca Waluya, sebuah sistem pendidikan karakter yang memfokuskan pada aspek-aspek seperti disiplin, tanggung jawab, peduli terhadap masyarakat sekitar, rasa cinta kepada negara sendiri, serta penguatan bakat individu.
Meskipun telah tinggal di asrama militer untuk sementara waktu, para siswa masih memperoleh hak-hak fundamental mereka. Hal ini meliputi hak untuk bertumbuh dan berkembang, hak atas perlindungan, hak berpendapat, serta layanan pemeriksaan kesehatan dan jiwa secara rutin.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun telah menyatakan sikapnya yang terbuka atas kritikan serta saran-sarannya. Usulan agar hadirnya LPAI dalam posisi mandiri guna melakukan pengecekan langsung pada tahapan latihan merupakan bagian dari janji mereka menuju kebijakan yang jujur dan melindungi hak-hak anak.
Pak Seto menjelaskan bahwa timnya akan terus melakukan pengawasan sampai program pendidikan karakter berakhir. Inisiatif ini telah menarik perhatian di tingkat nasional dan juga memberi teladan baru tentang bagaimana mendidik anak-anak dengan metode yang konsisten tapi masih memperhatikan segi psikologi serta pertumbuhan mereka secara keseluruhan. (*)