www.smartlink.biz.id, MEDAN - Pemerintah Provinsi Sumut merancang untuk melaksanakan proses pembelajaran di sekolah jenjang SMA/K baik negeri maupun swasta dalam satu minggu hanya selama lima hari saja.
Program tersebut akan dijalankan pada masa tahun ajaran baru 2026-2027 yang akan datang.
Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Sumatera Utara menyambut baik kebijakan tersebut. Pelaksanaan pembelajaran dalam jangka waktu lima hari seperti yang telah diterapkan sebelumnya pada tingkat sekolah menengah pertama negeri dan swasta pun menjadi acuan.
Ketua Bidang Organisasi Badan Musyawarah Perguruan Swasta Sumut Hasan Basri menyampaikan dukungan terhadaprencana implementasi sistem lima hari sekolah.
Menurut dia, menerapkan pendidikan selama lima hari dianggap sangat bagus bagi perkembangan karakter para murid.
Di samping itu, menurut Hasan, Konten pembelajarannya menjadi lebih komprehensif karena ada tambahan waktu mengajarnya.
"Program sekolah selama Lima Hari yang telah diterapkan sebelumnya di Kota Medan memiliki tambahan waktu pembelajaran dengan mengkonsentrasikan mata pelajaran, menjadikannya lebih terorganisir dan mendalam," ungkapnya.
Menurutnya, dengan melaksanakan proses pembelajaran selama lima hari, yaitu mulai hari Senin sampai Jumat, maka pada hari Sabtu, anak dapat menggunakan waktu tersebut untuk mengembangkan dirinya bersama orang tuanya.
"Saya rasa ini ide yang baik, Senin hingga Jumat anak-anak ada di sekolah, sementara Sabtu mereka dapat mengeksplorasi minat mereka sendiri," terangnya.
Lebih-lebih lagi, menurut mereka, bila durasi pembelajaran hanya berlangsung selama Lima hari, pasti akan ada tambahan jumlah jam pelajaran di sekolah.
"Kehadiran tambahan waktu untuk belajar membuat program Makan Bergizi Gratis atau MBG menjadi semakin efisien. Siswa-siswa yang pulang dari sekolah terlambat dapat menikmati makan siang mereka," ungkapnya.
Hal tersebut menjelaskan bahwa implementasi dari sistem lima hari sekolah sudah diatur dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 yang berjudul Tentang Hari Sekolah.
"Maka, di hari Sabtu tersebut tidak selalu menandakan waktu istirahat penuh. Hari itu dapat digunakan untuk pengembangan diri. Proses ini bisa melibatkan orang tua, guru, atau bahkan organisasi ekstrakurikuler dan interaksi positif dengan lingkungan sekitar," jelasnya.
Menurut dia, kelima hari dalam seminggu ini dapat dimanfaatkan sebagai waktu berkualitas antara orang tua dan anak yang memiliki jadwal padat untuk bekerja.
"Selain lima hari belajar formal, sekolah juga bisa menyokong aktivitas non-formal seperti kursus, kesenian, olahraga, ataupun kegiatan berbasis agama," jelas Hasan.
Sebelumnya, Gubernur Sumatera Utara Muhammad Bobby Nasution telah mengusulkan agar pelaksanaan pendidikan di SMA/SMK hanya berlangsung selama lima hari dalam seminggu, termasuk sekolah negeri dan swasta.
Alexander Sinulingga, Kepala Dinas Pendidikan Sumut, menyebut bahwa implementasi belajar selama lima hari akan dimulai pada tahun ajaran 2026/2027. Untuk saat ini, tim mereka sedang melaksanakan penilaian guna mengevaluasi peluncuran program tersebut.
Alex menyatakan bahwa program sekolah selama Lima Hari adalah visi dan misi dari Gubernur Sumatera Utara.
"Implementasinya paling lambat pada tahun ajaran baru 2026/2027," katanya.
Disampaikan oleh Alex, dasar untuk menerapkan sistem sekolah selama lima hari seminggu berhubungan dengan aspek ekonomi dan sektor pariwisata di Sumatera Utara.
"Hal ini mempengaruhi sektor wisata dan perekonomian di Sumut," jelasnya.
Merespons informasi tersebut, seorang siswa dari SMA Negeri 10 Medan bernama Dini Harahap menyatakan bahwa dia baru saja mendengarnya. Namun demikian, Dini merasa bahagia karena bagi dirinya ini berarti penambahan masa cuti belajar.
"Saya baru mendengar tentang ide sekolah selama lima hari tersebut. Namun, saya merasa lega karena jadwal harianku sudah sangat sibuk mulai dari Senin sampai Jumat termasuk les ekstra di luar sekolah. Oleh sebab itu, jika Sabtu menjadi hari libur, paling tidak ini memberikan kesempatan lebih banyak untuk beristirahat," terang siswa kelas 11 itu kepada Tribun Medan pada Jumat (16/5/2025).
Pada saat bersamaan, orangtua Dini, yaitu Lisnawati, merasa agak keberatan. Bagi dia, hal tersebut hanya akan menyia-nyiakan waktu tanpa manfaat bagi putranya.
"Bagi orangtua yang memiliki waktu libur di hari Sabtu, mungkin setuju ya. Tapi bagi kami yang orangtuanya bekerja di perusahaan swasta atau karyawan biasa itu sepertinya kalau saya pribadi kurang setuju," jelasnya.
Meskipun demikian, Lisna menyatakan bahwa dia akan melihat dulu implementasi dari program pembelajaran dan pengajaran selama lima hari itu.
"Tetapi mari kita periksa dahulu seperti apa sistemnya karena memang baru diimplementasikan tahun depan benar tidak? Jadi, nanti kami yang mengevaluasi," terangnya.
(Cr5/www.smartlink.biz.id)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Periksa juga berita atau detail tambahan di Facebook , Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan